Seminar Pilpres Kisruh
, Posted by - at Senin, Juni 29, 2009
Jurnal Bogor, 28 June 2009 oleh jayadi
Rubrik: BOGOR CENTRUM
Juanda - Sejumlah peserta mengeritik pedas Thamrin Amal Tomagola, Sosiolog dari Universtas Indonesia (UI), salah satu pembicara pada Seminar Sehari Pilpres di Ruang 3 Balai Kota Bogor, Sabtu (27/6) kemarin. Thamrin dikritik karena dinilai mengarahkan peserta untuk condong kepada satu pasangan calon presiden dan wakil presiden (capres/cawapres).Rubrik: BOGOR CENTRUM
Seminar yang digelar selama tiga sesi oleh Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) tersebut, menghadirkan para pembicara antara lain Ketua KPU Kota Bogor Agus Teguh Suryaman, Ketua Panwaslu Rudi Rochyadi, Pengamat Politik Bogor Eri Krisna, Saut Sirait, Maruarar Sirait Praktisi Politik dari Mega-Prabowo, Max Sopacua Praktisi Politik dari SBY-Boediono, Leo Nababan dari JK-Wiranto. Sedangkan Thamrin, menjadi pembicara pada sesi pertama pagi hari kemarin.
Suasana seminar mulai kisruh saat melangkah kepada sesi tanya jawab. Pasalnya, sebagian peserta seminar merasa terjebak kepada pro kontra untuk menilai siapa yang terbaik diantara ketiga capres/cawapres.
Menurut sebagian peserta, presentasi yang disampaikan Thamrin dalam seminar tersebut tidak berimbang. Sebab, telah membanding-bandingkan antara satu pasangan capres/cawapres dengan pasangan lainnya. Bahkan cenderung menggiring peserta ke salah satu pasangan.
Robinson Napitupulu misalnya. Senior anggota GMKI era tahun 70-an ini adalah salah seorang yang memprotes Thamrin.
“Seminar ini jangan dibuat opini dengan membanding-bandingkan capres dan cawapres. Kita tak ingin berdebat soal capres/cawapres, tapi harus ada keseimbangan, jangan ada kecenderungan menggiring peserta untuk memilih salah satu pasangan,” katanya.
Hal senada juga disampaikan Hanung, salah seorang peserta. “Kami, masyarakat kecil tak perlu teori. Seharusnya lebih memberikan sesuatu yang berguna untuk rakyat,” ungkapnya.
Safrudin Bima, Sekretaris Tim Kampanye SBY-Boediono Kota Bogor, juga melontarkan hal serupa. Ia menyatakan tidak setuju kepada Thamrin yang telah membahas soal agama dan politik serta membedakan minoritas dan mayoritas.
Protes dipicu akibat Thamrin memaparkan tentang problem di negara ini diantaranya soal mafia korupsi, pengrusakan lingkungan berkelanjutan, pelanggaran HAM, dan ketidak-harmonisan perundang-undangan. Thamrin menuduh semua itu adalah warisan kepemimpinan SBY.
“SBY-Boediono hanya puas apa yang telah dilakukan. Tapi tidak mau menjelaskan apa yang akan dilakukannya ke depan kalau terpilih. Kalau pasangan Mega-Prabowo kan jelas,” tuduh Thamrin.
Menurut Dewi Tambunan, Ketua Panitia seminar yang bertema ‘menjawab akhir transisi menuju keadilan dan kemakmuran masyarakat melalui pilpres’, digelarnya seminar itu dilatarbelakangi oleh kecenderungan mahasiswa yang menurun partisipasi dan aspirasinya terhadap politik, pemilu, termasuk Pilpres.
Acep Mulyana
acepm@jurnas.com
Sumber : Harian Jurnal Bogor
Currently have 0 komentar: