Aquasprite Theme Demo

GMKI Cabang Bogor

ENDGAM3: Blueprint for Global Enslavement

Marley And Me

New World Order' Emerging At G-20 Summit

Crank:High Voltage

Fall of the Republic

WATCHMEN - The Movie

Illuminati : They All Around Us

Bedtime Stories
Roh kudus menghidupkan persekutuan orang beriman selaku gereja yang esa, am dan rasuli, yang diutus untuk menyampaikan kabar keselamatan dan pembebasan bagi pembaharuan Indonesia dan alam semesta …… “ (Pembukaan AD/ART GMKI alinea ke-3). Gerakan mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) merupakan “media” dan “laboratorium” berekspresi dan berkreasi para mahasiswa Kristen, yang termotivasi melakukan proses berkembang secara bersama-sama. Kehidupan para kader adalah berdasarkan pada pengajaran Sang Kepala Gerakan, Yesus Kristus, yakni hidup dalam jalan kebenaran-Nya. Organisasi ini didirikan diatas landasan motivasi yang kuat atas penggilan Allah Bapa untuk melayani di tengah-tengah perguruan tinggi, gereja, dan masyarakat. Dalam rangkaian ketiga medan pelayanan tersebut tercakup tatanan dan mekanisme melakukan aktivitas-aktivitas gerakan. Hal ini dirumuskan secara jelas melalui penetapan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART inilah yang selanjutnya sebagai terjemahan lugas mengenai “roh” dan “nafas” pergerakannya. GMKI Cabang Bogor sebagai bagian dari GMKI secara nasional, tentunya akan selalu melaksanakan pendidikan, pembinaan aksi dan pelayanannya agar tercipta seorang kader yang tinggi iman, tinggi ilmu, dan tinggi pengabdian. Dalam pembinaannya GMKI mempunyai pola yang baku sehingga dapat menjamin kesinambungan kader dalam melanjutkan pelayanan organisasi. UT OMNES UNUM SINT!!! Syalom...

Susunan Badan Pengurus Cabang GMKI Bogor masa bakti 2012-2013

Posted by - on , under | komentar (0)



Syalommm,
Pada hari Sabtu, 23 Juni 2012 bertempat di Ruang Rapat I Balaikota Bogor, Pengurus Pusat GMKI melantik Badan Pengurus Cabang GMKI Cabang Bogor melalui SK no. 32037/SU/INT/K/VI/2012 dengan susunan fungsionaris sebagai berikut:


Ketua Cabang: Sihol M. Simatupang
Ketua Bidang Organisasi: Juandi Gultom
Ketua Bidang Pendidikan Kader, Kerohanian dan Kewirausahaan: Paulus Marbun
Ketua Bidang Aksi dan Pelayanan: Radi Aksen Jaya Girsang



Sekretaris Cabang: Roseno Siahaan
Wakil Sekretaris: Tri Yuliani Decritia Siregar

Bendahara Cabang: Citra Dewi Nugrahenni



Departemen Pendanaan: Imelda Handayani Pangaribuan
Departemen penataan dan Pengembangan Organisasi: Andika Putra Rajagukguk
Departemen Kesejahteraan Anggota: Yana Sintra Sitepu
Departeman Komunikasi: Dewi Sartika Siregar
Departemen Kerohanian: Fitri Ramosnida Turnip
Departemen Kader: Hiras Fernando Sinaga
Departemen Kewirausahaan: Ines Chyntia Hutagalung
Departemen Gereja: Silvia Monika
Departemen Perguruan Tinggi: Tomy Swandy Tampubolon
Departemen Masyarakat: Vita Anggraeni Pasaribu

Maper GMKI Cab Bogor

Posted by - on , under | komentar (0)


KONFERCAB XXXI GMKI BOGOR

Posted by - on , under | komentar (0)





Syalom kawan-kawan semua.
Menginformasikan untuk semua anggota GMKI Bogor bahwa KONFERCAB XXX GMKI BOGOR akan dilaksanakan pada :

Tanggal : 15 Mei 2010 - 16 Mei 2010
Tempat : sedang dalam proses

untuk pengambilan formulir pendaftaran bisa diambil langsung di PKM Dramaga atau dapat menghubungi CP
mohon dukungan dan doa abang kakak demi kelancaran HAJATAN BESAR CABANG BOGOR.

CP : Tulus (085760075626) Ketua KONFERCAB
        Tyson (085640861210) SC

UT OMNES UNUM SINT!!!
Syalom...Bookmark and Share

Masa Perkenalan GMKI Cabang Bogor Gelombang I Tahun 2010

Posted by - on , under | komentar (0)






“Tindakan ini adalah suatu tindakan historis bagi dunia mahasiswa umumnya dan masyarakat Kristen pada khususnya. GMKI menjadilah pelopor dari semua kebaktian yang akan dan mungkin dilakukan di Indonesia.
GMKI menjadilah suatu pusat sekolah latihan (loerschool) dari orang-orang yang mau bertanggungjawab atas segala sesuatu yang mengenai kepentingan dan kebaikan negara dan bangsa Indonesia. Sebagai bagian dari iman dan roh, ia berdiri ditengah dua proklamasi: Proklamasi Kemerdekaan Nasional dan Proklamasi Tuhan Yesus Kristus dengan injilnya, ialah Injil Kehidupan, Kematian dan Kebangkitan”.
 
(Pidato Dr. J Leimana pada pembentukan Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia tanggal 9 Februari 1950))

I.Pengantar
GMKI merupakan suatu wadah organisasi yang terus berkembang dari waktu ke waktu sesuai dengan dinamika kehidupan, sehingga perlu untuk terus diikuti dan ditingkatkan oleh siapa pun yang menerima visi dan misi GMKI serta menjalankan organisasi yang mengacu pada Alkitab.
Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang juga mempengaruhi ekonomi dan sosial budaya Indonesia, serta semakin tingginya kompetisi, maka diperlukan kesiapan kita agar tidak tertinggal atau terikut arus destruktif. Kemajuan baik di bidang ilmu pengetahuan maupun teknologi wajib disyukuri, dengan adanya kemajuan ini diharapkan bisa membuat kualitas manusia menjadi lebih baik. Sebagai mahasiswa Kristen bagaimana kita  menyikapi hal ini? Apakah kita mendukung atau menolak keadaan ini? Dalam upaya untuk tetap survive dalam persaingan, maka mahasiswa dituntut untuk mengembangkan diri dalam meraih prestasi, keahlian dan meningkatkan daya kreasi maupun idealisme dengan tetap berpegang teguh pada moral etis Kristiani yang berlandaskan Alkitab. Untuk mempersiapkan generasi muda yang berkualitas dan berkompeten dalam kehidupan bernegera, dibutuhkan wadah untuk membina mahasiswa. Dalam hal ini GMKI berperan aktif untuk ikut serta dalam menyiapkan mahasiswa menjadi anggota masyarakat yang berkualitas intelektual tinggi, berkemampuan kepemimpinan, berwawasan luas dan moral tinggi, serta tanggap terhadap perjuangan dan dinamika bangsanya.  
Dengan adanya keterlibatan dan kehadiran GMKI telah dirasakan manfaatnya baik dalam dunia kampus, gereja dan masyarakat, hal ini dapat dilihat dari peran GMKI yang jeli dalam melihat keadaan masyarakat dan bangsa dimana ikut dalam menyampaikan aspirasi masyarakat, dan hasil mengikuti organisasi ini dapat dilihat dari output kader-kader Kristiani yang tinggi iman, tinggi ilmu dan tinggi pengabdian sesuai dengan Tri Panji GMKI.
Berdasarkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga GMKI dibutuhkan adanya regenerasi yang tertuang pada pasal 2 ayat 1a dan 2a juncto Peraturan Organisasi GMKI pasal 2 ayat 1a dan 1b. Dalam rangka mewujudkan kedamaian, kesejahteraan, keadilan, kebenaran, keutuhan ciptaan dan demokrasi di Indonesia, GMKI cabang Bogor sebagai organisasi kemahasiswaan yang memberi pelayanan dan kesaksiannya dalam pembinaan Mahasiswa Kristen memandang perlu untuk melaksanakan Masa Perkenalan (MAPER) Calon Anggota Baru 2010. Untuk itu perlu dilakuan pengkaderan generasi bangsa, hal ini sangat dibutuhkan untuk membentuk kader-kader pemimpin yang bijaksana dan bertanggung jawab, salah satunya adalah melalui kegiatan MAPER ini.
Masa perkenalan anggota baru GMKI Cabang Bogor merupakan kegiatan penerimaan anggota baru dan orientasi sekaligus membina persaudaraan antar anggota dengan anggota dan antar anggota dengan senior. Dengan diadakannya MAPER ini diharapkan dapat mengajak dan menggugah semangat Mahasiswa Kristen untuk bersama-sama membina diri dalam wadah GMKI. Dengan program ini juga kita berharap dapat membina mahasiswa Kristen untuk menjadi garam dan terang dunia kapan dan dimanapun berada seperti apa yang dikehendaki oleh Tuhan Yesus Kristus selaku Juru Selamat  dan kepala gerakan kita.  
Untuk itu kami mengundang seluruh mahasiswa Kristen yang ada di Bogor untuk bergabung bersama, guna dipersiapkan untuk melayani di tiga medan pelayanan (Gereja, Perguruan Tinggi, Dan Masyarakat). Serta mengajak seluruh civitas GMKI Bogor untuk hadir dalam acara tersebut.

 II. Tema dan Sub Tema
T e m a               : “BERDIRI TEGUH DAN JANGAN GOYAH”
                             (I Korintus 15 : 58a)
S u b  T e m a     : Mencari dan menempah kader-kader GMKI yang berkomitmen      dan berkualitas dalam  pelayanan
III. Tujuan :
Masa perkenalan anggota baru GMKI cabang Bogor tahun 2010 ini bertujuan untuk :
  1. Mengajak mahasiswa kepada pengenalan Yesus Kristus selaku Tuhan, penebus dan kepala gerakan untuk memperdalam iman dalam kehidupan sehari-hari.
  2. Memberikan keyakinan kepada setiap anggota atau calon anggota bahwa GMKI merupakan wadah yang tepat bagi mereka untuk mengembangkan diri dan mamperjuangkan idealisme dalam tatanan Alkitabiah.
  3.  Mengembangkan kemampuan manajerial dan jiwa kepemimpinan anggota GMKI dalam melaksanakan maupun mengarahkan situasi dan kondisi guna mencapai sasaran MAPER.
 IV. Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu:
Tahap I : PERKENALAN GMKI SECARA UMUM
Metode  :  Pemberian Materi
Hari       : Minggu
Tanggal  : 7 -13 Maret 2010 (Disesuaikan dengan kesiapan peserta)
Tempat          : Wisma-Syalom, Jl. Guntur No.38
Tahap II: INISIASI DAN CONSELLING
Metode  : Inisiasi, Konseling dan Peneguhan Komitmen
Hari       : Sabtu - Minggu 
Tanggal  : 13-14 Maret 2010
Tempat  : Puncak, Bogor

V. Pendaftaran calon peserta
Setiap mahasiswa yang akan bergabung dengan GMKI Cabang Bogor, diharapkan mendaftar selambat-lambatnya pada hari Jumat, 12 Maret 2010.
Untuk formulir pendaftaran dan konsultasi dapat menghubungi : 
Sekretariat GMKI Bogor (Wisma Syalom Jl. Guntur No.38) No telp. 02518351775
Sekretaris Cabang GMKI Bogor, Antonius Kurnia (Nomor HP 081316332527)
 Ketua Panitia Masa Perkenalan (Maper), Lisbeth Juwita Girsang (Nomor HP 081362030115)



Tinggilah Iman Kita, Tinggilah Ilmu Kita, Tinggilah Pengabdian Kita.
 UT OMNES UNUM SINT!!!
Syalom...

Diskusi Keilmuan

Posted by - on , under | komentar (0)






Hasil diskusi keilmuan GMKI cabang Bogor
Oleh : Wilson Pane
Jumat, 5 Maret 2010

PERIKANAN
Perikanan tangkap memiliki kelemahan dan kelebihan dalam konsep perikanan. Pada umumnya kelemahan yang sering didapati pada perikanan tangkap yaitu pengurangan kualitas ikan dan tidak stabilnya hasil perikanan tangkap tersebut, sebaliknya kelebihan pada perikanan jenis ini yaitu ikan yang didapat lebig segar dan kandungan gizinya lebih tinggi.
Jika dibandingkan dengan perikanan budidaya yang juga memiliki kekurangan dan kelebihan, kekurangannya ada di bidang biaya yang dibutuhkan lebih banyak sedangkan kelebihannya ukuran bisa kita seragamkan sesuai dengan keinginan kita. Jika dilihat dari perdagangan ikan baik ekspor maupun import, ikan yang kita eksport biasanya kurang diterima di pasar Eropa dengan berbagai alasan.
Menurut salah satu kader GMKI preshli, pasar Eropa kurang menerima ekspor ikan dari Indonesia karena penggunaan antibiotik pada ikan, bangsa Eropa menganggap pendidikan Indonesia rendah, ikan yang di ekspor sering rusak dan kondisi tidak bisa diprediksikan. Proses pengawetan yang dilakukan di Indonesia kadang kali sering menyalahi aturan, namun masih ada juga yang dilakukan dengan cara tradisional. Ari menyontohkan ikan asin yang merupakan salah satu contoh pengawetan ikan. Yang menjadi pertanyaannya, dengan adanya harga jual ikan asin yang lumayan mahal mengapa tidak semua ikan  diasinkan saja selain menambah waktu lama penyimpanan, harga jualnya juga lumayan mahal. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Tulus berpendapat dengan mengasinkan ikan, nilai gizinya akan berkurang dan memang harganya mahal tapi itu dalam jumlah yang banyak.
Pada pasar Eropa mereka hanya menerima ikan yang mengandung formalin 0.05 ppb yang mana sangat minimal. Dengan kenyataan tersebut timbul pertanyaan adakah alternatif lain agar ikan-ikan tersebut bisa di distribusikan ke berbagai tempat bahkan ke luar negeri. Berdasarkan ilmu yang telah  didapat Yusenda berpendapat bahwa untuk pengiriman ikan alternatif lain yang bisa digunakan yaitu dengan menggunakan asap cair, serbuk gergaji sampai kepada metode penyetruman pada ikan dengan daya tertentu. Namun kendala dari alternatif ini adalah biaya, apalagi jika pengawetan dilakukan dengan es (Welmar), harga untuk es saja sudah sangat mahal sehingga menyebabkan harga produksi tidak seimbang dengan hasil penjualan walaupun metode es ini sangat sehat.
Untuk masalah penggunaan antibiotik, menurut Rival sebenarnya penggunaan antibiotik ini diperbolehkan namun harus diperhatikan waktu penggunaannya. Pada perikanan budidaya pemberian antibiotik boleh dilakukan pada proses pembenihan sedangkan pada tahap pembesaran, pemberian antibiotik dilakukan maksimal 2 bulan sebelum panen. Batas yang diperbolehkan untuk pemberian antibiotik adalah 0.03 ppb. Untuk menggantikan peran antibiotik ini saat ini dikembangkan metode musuh alami.


Bookmark and Share

Diskusi Rutin Keilmuan GMKI Cab Bogor "Potensi Sumberdaya Pertanian"

Posted by - on , under | komentar (0)






                               Renatalido Arios :


Potensi Sumberdaya Pertanian


Banyak kalangan pesimis akan masa depan pertanian di Indonesia. Dunia pertanian seolah-olah menunggu lonceng kematian karena gagalnya berbagai kebijakan pembangunan terkait yang tidak berhasil meningkatkan kesejahteraan petani. Problematika pembangunan pertanian memang sangat rumit dan saling berkaitan. Kebijakan yang tidak tepat akan berakibat sangat fatal dan bisa memperburuk kondisi petani.

Perlu digarisbawahi bahwa kekayaan dan keragaman akan potensi sumberdaya baik fisik maupun manusia kita sebenarnya sangat cukup untuk menuju kebangkitan dan kejayaan pertanian yang tentunya dapat meningkatkan taraf hidup pelaku utamanya, yaitu petani. Hal yang paling mendasar adalah komitmen dan goodwill segenap komponen bangsa untuk mengembalikan momentum pembangunan pertanian sebagai penggerak ekonomi bangsa. Kemauan politik dan keberpihakan negara dan politisi menjadi salah satu penentu kebangkitan pertanian. Kejayaan pertanian tidak hanya menguatkan ekonomi bangsa namun juga akan meningkakan martabat bangsa dalam geopolitik internasional.

Potensi pertanian secara umum dapat ditinjau dari potensi sumberdaya produksi dan potensi pasar. Potensi produksi dapat dilihat dari cukup besarnya jumlah lahan produktif. Munif (2009) memaparkan bahwa luas panen padi di Indonesia tahun 2006 sebesar 11,79 juta hektar, sedangkan luas panen jagung sebesar 3,35 juta hektar. Ditinjau dari segi produktifitas padi, Indonesia telah mencapai level yang menggembirakan, di mana telah berada di puncak dibandingkan negara tropis Asia lainnya. World Bank (2003) juga mencatat besarnya potensi sumberdaya pertanian Indonesia terutama untuk areal lahan kering. Tercatat sekitar 24 juta hektar lahan kering potensial yang merupakan sumberdaya yang sangat penting bagi program diversifikasi pangan dan diverfikasi produksi pertanian, misalnya dengan tanaman kehutanan, peternakan, dan perkebunan.

Selama ini sumber daya tersebut belum dikelola dengan serius. Terkait dengan potensi sumberdaya pertanian dalam konteks pembangunan pertanian, secara umum Indonesia memiliki potensi yang luar biasa. Kelapa sawit, karet, dan coklat Indonesia mulai bergerak menguasai pasar dunia. Namun dalam konteks produksi pangan, Indonesia adalah produsen beras terbesar ketiga dunia setelah China dan India. Kontribusi Indonesia terhadap produksi beras dunia sebesar 8,5% atau 51 juta ton (Rice Almanac, 2002). Bagi negara Vietnam dan Thailand yang secara tradisional dikenal luas sebagai negara eksportir beras di dunia ternyata hanya berkontribusi 5,4 dan 3,9% secara berurutan. Rerata produksi beras Indonesia 4,30 ton/hektar (Rice Almanak, 2002) dan meningkat menjadi 4,62 ton/ha pada tahun 2006 (Munif, 2009).

Kondisi :

1. Meskipun Indonesia termasuk produsen utama beras dunia, namun Indonesia hampir setiap tahun selalu menghadapi persoalan berulang dengan pemenuhan kebutuhan pangan. Terdapat beberapa persoalan serius yang perlu dicermati. Salah satu sebab utama adalah jumlah penduduk yang sangat besar. Data statistik menunjukkan jumlah penduduk Indonesia pada kisaran 230-237 juta jiwa.

2. Persoalan akses petani terhadap lahan juga menjadi isu yang sangat serius. Sebagianbesar petani kita adalah petani gurem (kepemilikan lahan kurang dari 0,25 ha). Masalah petani gurem juga terkait dengan transformasi struktural, pedesaan, dan pertanian. Dalam transformasi struktural penciptaan industri pedesaan melalui pengolahan bahan pangan lokal nampaknya akan membuka lapangan kerja baru baik dalam hal produksi, pengolahan, maupun distribusi dan pemasarannya.

3. Perlu dilakukan berbagai kebijakan yang mampu memberi insentif bagi petani untuk meningkatkan produktivitasnya. Investasi yang besar baik investasi sumberdaya manusia maupun sumber daya fisik di bidang pertanian sangat perlu menjadi prioritas. Penelitian dan pengembangan teknologi serta penyuluhan pertanian baik skala nasional, regional, dan lokal menjadi sangat urgen. Penelitian yang serius tentang benih-benih baru dengan produktivitas tinggi melalui pendekatan bioteknologi juga menjadi solusi yang cukup baik.

4. Saat ini petani semakin sulit memperoleh benih yang berkualitas karena umumnya diproduksi oleh perusahaan multinasional yang sangat profit oriented sehingga harganya menjadi sangat mahal. Lembaga penelitian dan perguruan tinggi sebagai penyedia public goods perlu didukung penuh dan terus menerus sehingga mampu menghasilkan teknologi dan inovasi alternatif yang bisa diakses secara murah oleh publik utamanya petani-petani kecil di pedesaan.

5. Pembangunan infrastruktur pertanian seperti saluran irigasi, jalan desa, pasar desa, dan lain-lain menjadi vital untuk menggairahkan petani. Jika berbagai kebijakan dapat berjalan dengan baik dan mampu memberikan insentif bagi petani maka harapan dan optimisme keberhasilan pembangunan pertanian akan semakin nyata.

Kapasitas SDM Pertanian

Persoalan pembangunan pertanian sangat erat kaitannya dengan peningkatan kapasitas SDM pelaku pembangunan. Peningkatan kapasitas SDM tidak hanya dibatasi pada peningkatan produktivitas petani, namun juga peningkatan kemampuan petani untuk lebih berperan dalam proses pembangunan. Persoalan krusial dalam peningkatan kapasitas SDM adalah rendahnya partisipasi petani dalam pengambilan keputusan pembangunan pertanian. Hal ini antara lain disebabkan oleh tidak adanya suatu organisasi yang memiliki kekuatan politik untuk memperjuangkan kepentingan petani di forum nasional.

Peningkatan SDM selain berkaitan dengan peningkatan produktifitas petani juga diarahkan pada peningkatan partisipasi politik petani dalam setiap proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingannya melalui organisasi petani mandiri. Peran aktif pemerintah dalam peningkatan SDM petani antara lain melalui reorientasi sistem penyediaan layanan dan pendanaan sistem informasi pertanian. Pemberian ruang partisipasi dan kebebasan petani untuk mengekpresikan kepentingannya juga sangat urgen.

Dengan potensi lahan yang sangat besar, komoditas yang unik dan sangat beragam, serta pangsa pasar yang sangat besar, sektor pertanian sudah seharusnya menjadi leading sector yang juga dapat menentukan martabat bangsa. Jika Indonesia mampu menghasilkan berbagai produk agribisnis baik pangan maupun produk-produk lainnya seperti perikanan, peternakan, perkebunan, dan kehutanan, maka Indonesia tidak hanya disegani secara ekonomi; namun juga akan sangat kuat ditinjau dari geopolitik internasional. Hal ini perlu direalisasikan dengan semangat dan kerja keras kita bersama.

Otonomi dearah yang sejak awalnya dirancang dan dicita-citakan untuk memberikan benefit dan kedekatan pelayanan publik dari pemerintah lokal harus terus didorong agar tidak menjadi menghambat pembangunan pertanian seperti disinyalir beberapa tahun terakhir, namun justru dapat memperlancar dan memperkuat berbagai proses pembangunan pertanian. Sinergi yang kuat dan terpadu antara pemerintah pusat dan daerah baik dalam hal alokasi sumberdaya, perancangan program, dan implementasi kegiatan menjadi prasyarat mutlak bagi keberhasilan pembangunan pertanian.

PEMANFAATAN LAHAN

Lahan merupakan sumberdaya pembangunan yang memiliki karakteristik unik, yakni sediaan/luas relatif tetap karena perubahan luas akibat proses alami (sedimentasi) dan memiliki sifat fisik (jenis batuan, kandungan mineral, topografi) dengan kesesuaian dalam menampung kegiatan masyarakat yang cenderung spesifik. Oleh karena itu, lahan perlu dimanfaatkan untuk kegiatan yang sesuai dengan sifat fisiknya, serta dikelola agar mampu menampung kegiatan masyarakat yang terus berkembang.

Perkembangan kegiatan masyarakat yang membutuhkan lahan sebagai wadahnya meningkat dengan sangat cepat sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Akibatnya, terjadi persaingan pemanfaatan lahan, terutama pada kawasan-kawasan yang telah berkembang di mana sediaan lahan relatif sudah sangat terbatas. Agar kegiatan masyarakat dapat berlangsung secara efisien dan dapat menciptakan keterpaduan dalam pencapaian tujuan pembangunan, perlu dilakukan pengaturan alokasi lahan dengan mempertimbangkan aspek kegiatan masyarakat (antara lain intensitas, produktivitas, pertumbuhan) dan aspek sediaan lahan (antara lain sifat fisik, lokasi, luas).
Dalam perspektif ekonomi, tujuan utama dari pemanfaatan lahan adalah untuk mendapatkan nilai tambah tertinggi dari kegiatan yang diselenggarakan di atas lahan. Namun harus disadari bahwa kegiatan tersebut memiliki keterkaitan baik dengan kegiatan lainnya maupun dengan lingkungan hidup dan aspek sosial budaya masyarakat. Dapat dipahami apabila penyelenggaraan sebuah kegiatan dapat menimbulkan berbagai dampak yang perlu diantisipasi dengan pengaturan pemanfaatan lahan.

Beberapa isu-isu pemanfaatan lahan antara lain sebagai berikut :

1. Pemanfaatan Lahan yang Kurang Memperhatikan Daya Dukung Lingkungan
Perhatian terhadap daya dukung lingkungan merupakan kunci bagi perwujudan ruang hidup yang nyaman dan berkelanjutan. Daya dukung lingkungan merupakan kemampuan lingkungan untuk mengakomodasi kegiatan-kegiatan yang berkembang di dalamnya, dilihat dari ketersediaan sumber daya alam dan buatan yang dibutuhkan oleh kegiatan-kegiatan yang ada, serta kemampuan lingkungan dalam mentolerir dampak negatif yang ditimbulkan. Perhatian terhadap daya dukung lahan seyogyanya tidak terbatas pada lokasi di mana sebuah kegiatan berlangsung, namun harus mencakup wilayah yang lebih luas dalam satu ekosistem. Dengan demikian, keseimbangan ekologis yang terwujud juga tidak bersifat lokal, namun merupakan keseimbangan dalam satu ekosistem.
Terkait daya dukung lingkungan, terdapat beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pemanfaatan lahan :

1. Ketersediaan sumberdaya alam dan sumber daya buatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan yang akan dikembangkan. Dalam konteks ini ketersediaan tersebut harus diperhitungkan secara cermat, agar pemanfaatan sumberdaya alam dapat dijaga pada tingkat yang memungkinkan upaya pelestariannya.

2. Jenis kegiatan yang akan dikembangkan harus sesuai dengan karakteristik geomorfologis lokasi (jenis tanah, kemiringan, struktur batuan). Hal ini dimaksudkan agar lahan dapat didorong untuk dimanfaatkan secara tepat sesuai dengan sifat fisiknya.

3. Intensitas kegiatan yang akan dikembangkan dilihat dari luas lahan yang dibutuhkan dan skala produksi yang ditetapkan. Hal ini sangat terkait dengan pemenuhan kebutuhan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan.

4. Dampak yang mungkin timbul dari kegiatan yang akan dikembangkan terhadap lingkungan sekitar dan kawasan lain dalam satu ekosistem, baik dampak lingkungan maupun dampak sosial. Hal ini dimaksudkan agar pengelola kagiatan yang memanfaatkan lahan dapat menyusun langkah-langkah antisipasi untuk meminimalkan dampak yang timbul.

5. Alternatif metoda penanganan dampak yang tersedia untuk memastikan bahwa dampak yang mungkin timbul oleh kegiatan yang akan dikembangkan dapat diselesaikan tanpa mengorbankan kepentingan lingkungan, ekonomi, dan sosial-budaya masyarakat.



2. Konversi Pemanfaatan Lahan yang Tidak Terkontrol

Konversi pemanfaatan lahan dari satu jenis pemanfaatan menjadi pemanfaatan lainnya perlu diperhatikan secara khusus. Beberapa isu penting yang dihadapi saat ini antara lain adalah :

1. Konversi lahan-lahan berfungsi lindung menjadi lahan budidaya yang berakibat pada menurunnya kemampuan kawasan dalam melindungi kekayaan plasma nuftah dan menurunnya keseimbangan tata air wilayah.

2. Konversi lahan pertanian produktif menjadi lahan non-pertanian secara nasional telah mencapai 35.000 hektar per tahun. Khusus untuk lahan pertanian beririgasi di Pulau Jawa, laju alih fungsinya telah mencapai 13.400 hektar per tahun yang tentunya disamping mengancam ketahanan pangan nasional, juga dapat mengganggu keseimbangan lingkungan.

3. Konversi ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan menjadi lahan terbangun telah menurunkan kualitas lingkungan kawasan perkotaan.

Permasalahan di atas terjadi akibat kurangnya perhatian terhadap kepentingan yang lebih luas. Untuk mengatasinya diperlukan perangkat pengendalian yang mempu mengarahkan agar pemanfaatan lahan tetap sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

3. Pengaturan Pemanfaatan Lahan yang Tidak Efisien

Dalam perspektif penataan ruang, pemanfaatan lahan perlu diatur agar secara keseluruhan memberikan manfaat terbaik bagi masyarakat sekaligus menekan eksternalitas yang mungkin timbul. Dalam perspektif ini, pengaturan pemanfaatan lahan dimaksudkan untuk membentuk struktur ruang dan pola pemanfaatan ruang yang efisien, untuk menekan biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat dalam menjalankan aktivitas dan memperoleh pelayanan yang dibutuhkan.

Namun demikian, kawasan perkotaan saat ini menghadapi permasalahan kemacetan yang diakibatkan oleh pengaturan fungsi ruang yang tidak efisien, antara lain pengembangan kawasan perumahan yang jauh dari kawasan tempat kerja serta pengembangan pusat pelayanan ekonomi dan sosial-budaya masyarakat yang terkonsentrasi. Inefisiensi pengaturan pemanfaatan lahan tersebut mengakibatkan tingginya intensitas pergerakan masyarakat yang tidak diimbangi dengan tingkat pelayanan transportasi yang memadai. Kemacetan lalu lintas di kawasan perkotaan besar dan metropolitan telah sampai pada taraf menurunkan produktivitas masyarakat dan menghambat arus barang dan jasa yang pada gilirannya menurunkan daya saing produk nasional.




Bookmark and Share

Wawancara langsung bersama Kabid PKK tentang PDSPK

Posted by - on , under | komentar (1)



Wawancara langsung dengan Kabid PKK (Sudianto Samosir) tentang PDSPK GMKI Cab Bogor

PDSPK adalah Pola Dasar Sistem Pendidikan Kader yang berguna dalam membentuk kader yang memiliki nilai spiritualitas yang tinggi sehingga dapat melaksanakan nilai-nilai kristiani dalam kehidupan sehari-hari  dengan integritas tinggi , tanggung jawab, dan profesionalitas.

PDSPK yang digunakan GMKI Cab Bogor adalah PDSPK yang berdasarkan Kurikulum PDSPK GMKI 2006 sedangkan implementasi PDSPK GMKI Bogor 2008 yang digunakan mengacu pada Pelatihan TOT di Salatiga tanggal 12 Juni 2006.

Latar Belakang PDSPK 2006?
- PDSPK 2006 merupakan hasil revisi PDSPK sebelumnya. PDSPK 2006 relevan dengan kebutuhan kader GMKI, masyarakat, atau sesuai bidang kajian

Tujuan Implementasi PDSPK GMKI Bogor 2009
- Melahirkan kader akademisi yang mandiri, maju, modern, dan berdedikasi tinggi.
- Melahirkan kader yang Tinggi Iman, Tinggi Ilmu, dan Tinggi Pengabdian berdasarkan Iman Kristiani
- Sebagai bekal Pemimpin masa depan yang ideal

Hambatan dalam proses Implementasi PDSPK
- Respon dari anggota sangat renmdah
- Kesibukan anggota, khususnya anggota GMKI baru dalam dunia kampus
- Fasilitas pendukung masih kurang (papan tulis, alat peraga)
- Masalah waktu
- Belum tesedia dana untuk PDSPK

Harapan PDSPK ke depan
- Publikasi lebih luas lagi
- Materi yang disampaikan lebih spesifik




Bookmark and Share

Diskusi Rutin Keilmuan GMKI Cab Bogor

Posted by - on , under | komentar (0)



Unsur-unsur Budaya Petani


Diskusi keilmuan GMKI

Oleh: lisbet Juwita Girsang

Hari/ Tanggal : Jumat/ 18 Desember 2009



Sejarah pertanian di Indonesia

• Pertanian di Indonesia diawali dengan sistem ladang berpindah-pindah.

• Kemudian orang mulai bermukim ditempat yang tetap.

• Di Jawa, sejak VOC menguasai di Batavia kebijakan pertanian bukan untuk tujuan memajukan pertanian di Indonesia, melainkan hanya untuk keuntungan sebesar-besarnya bagi VOC.

• Setelah Indonesia merdeka, pemerintah mencurahkan perhatian khusus pada produksi padi dengan berbagai peraturan.

• Pada tahun 1970-an pemerintah meluncurkan program pembangunan pertanian yang dikenal dengan program Revolusi Hijau. Yang bertujuan meningkatkan produktivitas sektor pertanian.


Karakteristik Petani Secara Umum

Karakteristik petani Pertani dahulu (sebelum merdeka) Pertani sekarang (sesudah merdeka)

• pengerjaan Pertanian rakyat Perusahaan pertanian

• kepemilikan lahan • Kapitalis

• komunal • Negara

• individual

• Metode bercocok tanam • konvensional • mekanisasi


• Pertanian Rakyat adalah suatu sistem pertanian yang dikelola oleh rakyat pada tanah garapan seseorang untuk memenuhi kebutuhan makanan.


• Ciri-ciri pertanian rakyat :

– Modal Kecil

– Sistem dan Cara Pengolahan Lahan yang Sederhana

– Tanaman yang Ditanam Adalah Tanaman Pangan

– Tidak Memiliki Sistem Administrasi yang Baik (bekerja sendiri-sendiri tanpa da perkumpulan petani)









Bookmark and Share

Rekening Baru GMKI Cab Bogor

Posted by - on , under | komentar (0)



Syalom rekan-rekan, abang-abang dan kakak.


Puji TUHAN Rekening baru GMKI Cabang Bogor sudah jadi.

No. Rekening : 1330010033108

a.n : Jimmi R Panuturi Tampubolon

Bank MANDIRI KC Bogor Juanda.

Rekening ini dipegang langsung oleh Bidang Kebendaharaan.

atas dukungan seluruh Civitas GMKI Cab Bogor, kami ucapkan terimakasih.



UT OMNES UNUM SINT!!!

Syalom...
Bookmark and Share