Aquasprite Theme Demo

SPIRITUALITAS, INTEGRITAS DAN KREATIVITAS SEBAGAI MODAL MAHASISWA KRISTEN MENGATASI KRISIS KARAKTER BANGSA

, Posted by - at Sabtu, Agustus 29, 2009

Pengantar


Sebuah kata “agent of transformation” muncul untuk melengkapi istilah sebelumnya “agent of change” yang sering dipakai sebagai penghargaan pada mahasiswa yang dinilai menjadi pahlawan dalam proses perubahan bangsa. Pelaksanaan transformasi merupakan usaha perubahan nyata secara total dalam kehidupan bermasyarakat yang dimulai dari diri sendiri.

Mahasiswa merupakan elemen masyarakat yang dipersiapkan untuk menjadi pemimpin dimasa depan. Secara nyata, mahasiswa Kristen juga merupakan warga gereja yang diharapkan memberikan perubahan dan masukan positif dalam pertumbuhan setiap sendi-sendi kehidupan.
Dalam menjalankan transformasinya, mahasiswa Kristen haruslah memahami terlebih dahulu kondisi nyata yang terjadi pada saat sekarang ini, kemudian yang kedua adalah persiapan yang baik dalam penigkatan potensi diri serta yang terpenting adalah merencanakan tindakan nyata (action plan) yang bisa dilakukan.

Catatan Taufiq Ismail berjudul “Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia” merupakan gambaran krisis Karakter Bangsa

Dengan memahami tantangan terberat bangsa Indonesia, seorang Taufik Ismail menuliskan sebuah karyanya untuk menampilkan betapa semakin terasanya krisis karakter ditengah kehidupan berbangsa dan bernegara. Beberapa kalimat yang menjadi inspirasi bagi kita tentang semakin rendahnya derajat moralitas masyarakat Indonesia bertuliskan demikian :

01. Aku gembira jadi anak revolusi Indonesia
02. Kagum dia pada revolusi Indonesia
03. Dulu dadaku tegap bila aku berdiri
04. Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak
05. Hukum tak tegak, doyong berderak-derak
06. Di negeriku, selingkuh birokrasi peringkatnya di dunia nomor satu,
07. Di negeriku, sekongkol bisnis dan birokrasi berterang-terang curang susah dicari tandingan,
08. Di negeriku anak lelaki anak perempuan, kemenakan, sepupu dan cucu dimanja kuasa ayah, paman dan kakek secara hancur-hancuran seujung kuku tak perlu malu,
09. Di negeriku komisi pembelian alat-alat berat, alat-alat ringan, senjata, pesawat tempur, kapal selam, kedele, terigu dan peuyeum dipotong birokrasi lebih separuh masuk kantung jas safari,
10. Di kedutaan besar anak presiden, anak menteri, anak jenderal, anak sekjen dan anak dirjen dilayani seperti presiden, menteri, jenderal, sekjen dan dirjen sejati, agar orangtua mereka bersenang hati,
11. Di negeriku penghitungan suara pemilihan umum sangat-sangat-sangat-sangat-sangat jelas penipuan besar-besaran tanpa seujung rambut pun bersalah perasaan,
12. Di negeriku khotbah, surat kabar, majalah, buku dan sandiwara yang opininya bersilang tak habis dan tak utus dilarang-larang,
13. Di negeriku dibakar pasar pedagang jelata supaya berdiri pusat belanja modal raksasa,
14. Di negeriku keputusan pengadilan secara agak rahasia dan tidak rahasia dapat ditawar dalam bentuk jual-beli, kabarnya dengan sepotong SK suatu hari akan masuk Bursa Efek Jakarta secara resmi,
15. Di negeriku rasa aman tak ada karena dua puluh pungutan, lima belas ini-itu tekanan dan sepuluh macam ancaman,
16. Di negeriku telepon banyak disadap, mata-mata kelebihan kerja, fotokopi gosip dan fitnah bertebar disebar-sebar,
17. Di negeriku sepakbola sudah naik tingkat jadi pertunjukan teror penonton antarkota cuma karena sebagian sangat kecil bangsa kita tak pernah bersedia menerima skor pertandingan yang disetujui bersama,
18. Malu aku jadi orang Indonesia.

Dari beberapa kalimat tersebut mencerminkan semakin menurunnya kesadaran hidup masyarakat. Apa yang disampaikan oleh Taufik Ismail pada dasarnya bukan sekedar fiktif atau imajinasi, tetapi memang sangat nyata terjadi akhir-akhir ini sebagaimana diberitakan oleh media massa. Meskipun tidak seratus persen semua kalimat tersebut ditarik secara langsung menjadi fakta, tetapi hampir keseluruhan kalimat tersebut terjadi di negeri ini semantara fakta-fakta lain tidak dituliskannya. Semua fakta hanya akan terekam dalam benak setiap individu yang melihat sebgai saksi hidup dan alam sebagai saksi bisu, tentu saja menuntut peran semua orang untuk memperbaikinya dimulai dari individu masing-masing.
Diawal tulisan sastrawan terkenal itu menunjukkan masih adanya kebanggaan sebagai bangsa Indonesia (kalimat pertama samapi yang ketiga), kemudian dikalimat yang keempat seperti sebuah perubahan mendadak dan kehancuran awal moralitas bangsa, serta selanjutnya sampai kepada kalimat yang ketujuh belas menunjukkan kondisi buruk moral yang menjadikan bangsa Indonesia kehilangan identitasnya sampai akhirnya tidak memiliki percaya diri (kalimat kedelapan belas).

Spiritualitas, Integritas, dan Kreativitas

Untuk dapat melakukan perubahan secara simultan, mahasiswa Kristen haruslah memiliki 3 modal penting. Ketiga modal tersebut adalah Spiritualitas, Integritas, dan Kreativitas yang harus disusun secara sinergy untuk dapat dipergunakan dalam pengembangan mulai dari diri sendiri sampai dapat mempengaruhi orang lain atau masyarakat luas.

1.Spiritualitas
Ketika mendengar kata agama ataupun ibadah sering membawa pemikiran masyarakat kepada pengertian spiritual, secara nyata mempengaruhi pola hidup manusia. Melalui pemaknaan ini akan mengarahkan setiap individu pada ketaatan ataupun ketaqwaan kepada Tuhan yang dipercayainya. Sebenarnya pemaknaan tentang spiritualitas secara umum semakin masuk pada kategori keimanan Kristen.

Menurut DR. Dwi Suryanto Spiritualitas berarti percaya kepada sesuatu di luar (beyond) kita yang mampu mengatur segalanya, dan kita tidak berdaya untuk mencegah Nya berbuat sesuatu. Pernyataan ini merupakan pemikiran-pemikiran awal manusia sehingga pada akhirnya akan memotivasi manusia dan lahirlah agama.

Menurut Michael Downey "Spiritualitas Kristen" merujuk kepada pengalaman hidup yang baik dan disiplin secara akademik. Pada mulanya, istilah menjelaskan seluruh kehidupan Kristen, karena hal ini berorientasi pada pengetahuan pribadi, kebebasan, dan kasih dalam terang yang paling tinggi nilai-nilai dan cita-cita dan dianggap ikut dalam misteri Yesus Kristus melalui Roh Kudus di dalam gereja, masyarakat dari murid-murid. Dengan demikian spiritualityas secara Kristiani muncul dari pengalaman-pengalaman iman dengan usaha pengenalan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru selamat. Perlu disadari oleh seorang Kristen adalah tanggungjawab untuk mengikut Yesus bukan sekedar ikut-ikutan saja tapi memahami arti pengajaran dan kehendak Allah dalam hidup kita. Secara ringkasnya orang Kristen dituntut untuk menjadi seorang murid yang sejati.

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk menajamkan spiritualitas kristen adalah:
a. Berdoa; banyak orang sukses yang sangat menggantungkan hidupnya pada doa. Martin Luther salah satunya, yang pernah berkata: “ada begitu banyak yang harus saya kerjakan hari ini sehingga saya harus menyisihkan satu jam lagi untuk berdoa.” Banyaknya jumlah pekerjaan oleh Luther dikaitkan dengan tambahan 1 jam berdoa, menunjukkan bahwa doa dijadikannya sebagai sumber kekuatan dalam melepaskan dan melipatgandakan energinya.
Menurut alkitab dalam I Tesalonika 5 : 17 “Tetaplah berdoa”, menunjukkan betapa pentingya doa dalam kehidupan kristiani, sampai doa disebut sebagai nafas hidup orang percaya.

b. Saat teduh; bersaat teduh identik dengan berkontemplasi (con-tample), yaitu sikap khusuk untuk menghadirkan diri dalam suasana ketenangan dan kedamaian. Kebiasaan bermeditasi dapat memberikan perasaan ketenangan, kedamaian dan kesabaran. Dalam mendapatkan pertumbuhan kerohanian dan iman kearah yang lebih baik perlu pendekatan diri secara pribadi kepada Tuhan, sehingga dalam pelaksanaan saat teduh akan diarahkan dengan bimbingan secara alkitabiah. Pelaksanaan saat teduh muncul atas teladan Yesus Kristus. Yesus juga berdoa sendirian di bukit atau gunung (Markus 6:46; Lukas 9:28)

c. Membaca Alkitab; membaca alkitab merupakan salah satu cara efektif untuk memelihara dan bahkan mengasah dimensi spiritual kita. Membaca alkitab berarti kita memupuk perasaan “jaminan penyertaan” dari Tuhan Maha Pencipta, yang dapat menjadi modal kita untuk melakukan berbagai aktivitas tanpa rasa takut, tanpa rasa minder, dan sebagainya. Dalam membaca ataupun memahami kitab suci dapat dilakukan secara pribadi maupun bersama saudara seiman, seperti halnya melakukan PA, Bible Study, ataupun berdiskusi.

2. Integritas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, integritas diartikan sebagai keterpaduan, kebulatan, keutuhan, jujur dan dapat dipercaya.

Mahatma Ghandi mengatakan integritas adalah kesatuan yang tak terbagi-bagi, seseorang tak dapat mengatakan hal benar di satu bagian dari kehidupannya, sementara dia sibuk melakukan hal-hal yang salah di bagian lain manapun dari kehidupannya".

Didalam Alkitab juga banyak dituliskan kisah tentang nabi ataupun pelayan Tuhan yang memiliki Integritas dan bertahan pada Integritas mereka seperti Musa, Daniel, Nehemia, serta yang lainnya.

a. Seorang Daniel adalah sosok dalam Alkitab yang dapat menjaga Integritasnya
Jika kita membaca dalam alkitab, maka terlihat jelas tuntutan bagi umat kristiani untuk memiliki integritas. Sebagai salah satu pribadi yang menjaga integritasnya adalah seorang Daniel. (Daniel 5-6)
Dimana Daniel dituliskan adalah seorang yang :
(1) Menjaga Integritas dan keteguhan dalam ketaatannya kepada Tuhan.
(Daniel 5 : 11-12)
(2) Tidak memiliki cacat (cela) karena kesetiaannya kepada Tuhan, dan peran roh kudus yang ada didalam dirinya. (Daniel 6: 4-5)
(3) Tekun berdoa, dengan menyadari doa adalah pemberi kekuatan hidup.
(Daniel 6:10-12)
(4) Rela berkorban untuk setiap hal yang benar dihadapan Allah. (Daniel 6:14-17)
(5) Terjalinnya hubungan yang baik kepada Tuhan dan juga dengan sesama manusia. (Daniel 6 :23)
b. Cara Menumbuhkan/menjaga Integritas menurut Alkitab
(1). Setia dalam perkara kecil (bisa dipercaya)
Seorang pemimpin yang tidak/kurang setia, tidak/kurang jujur, dengan masalah-masalah kecil dalam kepemimpinannya, lama kelamaan dan tanpa disadari akan terperosok pada hal-hal yang besar, yang membuat kepemimpinannya tidak efektif lagi.
“Barang siapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.” (Lukas 16:10)
Dalam kesetiaan dengan perkara-perkara yang kecil akan meningkatkan potensi pribadi, menjadi persiapan diri masuk dalam perkara yang lebih besar lagi yang akan dipercayakan oleh Tuhan.
“Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuataanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.” (Matius 25:21)
(2). Menjauhkan diri dari Pencobaan.
Seorang pemimpin yang memiliki integritas, tidak tertarik cobaan dalam bentuk apapun juga (misalnya kekuasaan, harta, dan sex).
"Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan" (I Timotius 6:11).
(3). Hidup sesuai dengan hati nurani
Pemimpin yang memiliki hati nurani yang bersih akan selalu berkata, bersikap dan berperilaku jujur baik kepada Allah maupun kepada sesamanya. Karena itu, pemimpin yang memiliki hati nurani akan dipercaya.
"Sebab itu aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni dihadapan Allah dan manusia" (Kisah Para Rasul 24:16).
(4). Menguji diri sendiri, menghindari hukuman
"Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!" (Mazmur 139:23-24).
Juga dalam (I Korintus 11:31) : "Kalau kita menguji diri kita sendiri, hukuman tidak menimpa kita"

3.Kreativitas
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka kreativitas dijelaskan sebagai kemampuan untuk mencipta atau daya cipta. Sedangkan kreatif, dijelaskan sebagai seseorang yang memiliki kemampuan untuk mencipta atau daya cipta, atau memiliki kemampuan untuk menciptakan.
Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Conny Semiawan (1984) dalam Endang Supardi 2004.
Randsepp dalam Endang Supardi 2004, menyebutkan ciri-ciri tentang pemikiran kreatif sebagai
berikut :
a. sensitif terhadap masalah-masalah,
b. mampu menghasilkan sejumlah ide besar,
c. fleksibel,
d. keaslian,
e. mau mendengarkan perasaan,
f. keterbukaan pada gejala bawah sadar,
g. mempunyai motivasi,
h. bebas dari rasa takut gagal,
i. mampu berkonsentrasi, dan
j. mempunyai kemampuan memilih.
Sejak diciptakan, manusia sudah diberikan akal dan budi. Sebagaimana tertulis dalam Kejadian 1:26-28; Mazmur 19:2-3, menunjukkan bahwa manusia diciptakan segambar dan serupa dengan Allah. Kemapuan kreativitas manusia ada atas keberadaan Allah sebagai pencipta segalanya. Dengan kemampuan yang diberikan oleh Tuhan ini, mahasiswa Kristen akan dapat melakukan perubahan (transformasi).

Action Plan untuk mahasiswa Kristen

Kini sebagian besar prasyarat transformasi sudah kita kuasai. Pendekatannya pun sudah kita mengerti. Tetapi pertanyaan kritis yang harus dijawab adalah, ke arah mana transformasi hendak kita kerahkan?
Kita telah kenal banyak pemimpin, dengan kekuatan pengaruh yang luar biasa. Daya mobiliasi massa, daya penularan perubahan, ahli strategi, yang seunggu tak tertandingi. Namun, tidak semuanya memberi kontribusi bagi peradaban dan kemanusiaan.
Hitler dikenal sebagai ahli mobilisasi massa, dan ahli strategi militer. Tetapi kontribusi perubahan yang diberikannya tidak bermanfaat bagi kemanusiaan. Tetapi juga terdapat sejumlah pemimpin yang dapat dijadikan teladan. Marthen Luter King memberi kontribusi bagi perjuangan anti diskriminasi. Mother Theresa memiliki trademark dengan Pelayan.
Jadi, apa pilihan kontribusi yang sebaiknya mahasiswa Kristen lakukan?. Dengan tetap menyadari bahwa mahasiswa Kristen berada dalam study berbagai latar belakang ilmu, perlu disadarkan akan berbagai aspek yang membutuhkan pertolongan.
Beberapa bagian yang membutuhkan peran “agent of transformation” untuk mengalami perubahan seperti beberapa yang tertulis dibawah ini :
a. Humanitas:
(1) Tatakrama global
(2) Menghargai hak asasi manusia
(3) Demokrasi
b. Ekumenitas
(1) Menghargai pebedaan denominasi
(2) Berperan dalam mendorong dialog dan kerjasama antara denominasi
c. Nasionalitas
(1) Menghargai perbedaan etnis
(2) Menghargai perbedaan agama
(3) Mengenal prinsip hidup bernegara
Dalam pelaksanaannya, beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh mahasiswa Kristen sebagai “agent of transformation” adalah :
(1) Terus menerus mentransformasi diri dan keluarga.
(2) Mentranformasi orang lain.
(3) Aktif menjalin komunikasi dengan sesama mahasiswa Kristen, lembaga pelayanan, maupun dengan gereja. Komunikasi yang lancar memungkinkan untuk saling mengakses, saling memanfaatkan, dan saling menumbuhkan.
(4) Terlibat untuk berpartisipasi lebih aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.



Sumber

Alkitab (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru) diterbitkan oleh LAI Jakarta

Ismail,T. 2009. Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia.
http://www.puisi.org/2008/04/10/malu-aku-jadi-orang-indonesia/. Diakses pada tanggal 20 Mei 2009

Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Pustaka 1988.

Pontianak Post, 2007. Integritas Seorang Pemimpin
http://arsip.pontianakpost.com/berita/index.asp?Berita=Opini&id=136135. Diakses pada tanggal 20 Mei 2009

Octavianus, P. 2009. Pemimpin dengan Doanya.
http://www.muridsejati.com/. Diakses pada tanggal 23 Mei 2009

Supardi, E. 2004. Kiat Mengembangkan Sikap Kreatif dan Inovatif.
http://202.90.195.156/adaptif/kewirausahaan/kiat_mengembangkan_sikap_kreatif_dan_inovatif.pdf. Diunduh pada tanggal 23 Mei 2009

Suryanto,D. 2009. Esensi Spiritual.
http://www.pemimpin-unggul.com/buku/esensi.html. Dikases pada tanggal 20 Mei 2009



Oleh : Jimmi R P Tampubolon (Ketua Cabang Masa Bakti 2009-2010)












Bookmark and Share

Currently have 0 komentar:

Leave a Reply

Posting Komentar